PNI
didirikan di Bandung pada 4 Juli 1927 dengan nama pertama kalinya adalah
Perserikatan Nasional Indonesia. PNI didirikan oleh 8 pemimpin, yakni dr. Cipto
Mangunkusumo, Ir.Anwari, Mr. Sartono, Mr. Iskak, Mr. Sunaryo, Mr. Budiarto, Dr.
Samsi, dan Ir.Soekarno sebagai ketuanya. Mayoritas oran
g yang mendirikan PNI berasal dari kaum terpelajar yang tergabung dalam Algemene Studieclub (Bandung) dan kebanyakan dari mereka adalah mantan anggota Perhimpunan Indonesia di Belanda yang telah kembali ke tanah air.
Ir. Soekarno (Ketua PNI) |
Awal mulanya
kelahiran PNI ditandai dengan pembentukan kelompok-kelompok studi
di Surabaya oleh Sutomo dan Bandung oleh Soekarno yang kemudian
berkembang ke seluruh Jawa dan meluas lagi ke luar Jawa. Tujuan pendirian
kelompok-kelompok studi ini agar para pelajar Jawa dapat bersatu, menanamkan
kesadaran kepada mereka bahwa Indonesia adalah suatu bangsa.
Dari
kelompok-kelompok belajar tersebut, banyak dilakukan pertemuan-pertemuan yang
membicarakan keadaan-keadaan sosial politik pada saat tersebut. Pada bulan
April di kediaman Soekarno merencanakan pembentukan sebuah partai baru.
Terdapat orang-orang yang hadir pada waktu itu seperti Ishak, Sunaryo, Tjipto
Mangoenkoesoemo, J. Tilaar, dan Sujadi. Mereka yang hadir akan menjadi anggota
panitia yang harus mempersiapkan kongres nasional secepatnya. Namun pertemuan
ini hanya dilakukan secara tertutup. Pertemuan lain dilakukan oleh mereka pada
4 Juli 1927. mereka merencanakan rencana pembentukan sebuah partai baru dengan
nama Partai Nasional Indonesia (PNI) secara terbuka. Pertemuan 4 juli tersebut
menetapkan Soekarno sebagai ketua dan anggaran-anggaran dasar keorganisasian.
Logo PNI |
Tujuan
didirikannya PNI adalah untuk Indonesia merdeka dengan strategi perjuangannya
nonkooperasi. Untuk mencapai tujuan tersebut PNI menggunakan asas self help
yakni menolong diri sendiri atau percaya pada diri sendiri. Artinya:
memperbaiki keadaan politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang sudah dirusak
oleh penjajahan, dengan kekuatan sendiri. Semua itu akan dicapai dengan
usaha-usaha sebagai berikut :
ü Usaha
politik, yaitu dengan cara memperkuat rasa kebangsaan persatuan dan kesatuan.
Memajukan pengetahuan sejarah kebangsaan, mempererat kerja sama dengan
bangsa-bangsa Asia dan menumpas segala perintang kemerdekaan dan kehidupan
politik. Dalam bidang politik, PNI berhasil menghimpun organisasi-organisasi
pergerakan lainnya ke dalam satu wadah yang disebut Permufakatan
Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia
ü Usaha
ekonomi, yaitu dengan memajukan perdagangan rakyat, kerajinan atau industri
kecil, bank-bank, sekolah-sekolah, dan terutama koperasi
ü Usaha
sosial, yaitu dengan memajukan pengajaran yang bersifat nasional, emngurangi
pengangguran, mengangkat derajat kaum wanita, meningkatkan transmigrasi dan
memperbaiki kesehatan rakyat
Dalam rapat tanggal
17- 18 Desember 1927 di Bandung terjadi suatu moment dimana
organisasi-organisai pergerakan nasional yang selama ini berjuang dibawah
benderanya masing-masing berkumpul dalam satu forum. Partai Nasional Indonesia
dengan beberapa organisasi lain seperti Partai Sarikat Islam, Budi Utomo,
Pasundan, Soematranen Bond, Kaum Betawi, Indonesische Studieclub dan Allgemene
sepakat mendirikan federasi perhimpunan politik yang mereka beri nama
Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Pada tahun 1928 PNI
berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia. PNI pun mulai berkembang. Pada
akhir tahun 1927 tercatat menjadi 3 cabang. Selain di Bandung juga terbentuk
cabang di Yogyakarta dan di Batavia. Pada bulan Desember
dibentuk juga sebuah panita di Surabaya untuk persiapan pembentukan
cabang baru di kota tersebut. Di Surabaya sendiri PNI resmi berdiri
pada 5 Februari 1928.
Organisasi ini mulai
menanjak dan terkenal. Propaganda-propaganda tulisan maupun lisanya lewat
beberapa surat kabar, seperti Banteng Priangan di Bandung dan Persatuan
Indonesia di Batavia, banyak menyihir
dan mempengaruhi rakyat. Pada permulaanya tema yang banyak diangkat adalah
tentang hubungan yang sifatnya penjajahan dan konflik yang tidak dapat
dihindari antara kaum penjajah dan kaum yang di jajah, perlunya melawan front
kulit putih, perlunya pembentukan negara dalam negara, perlunya menumbuhkan
percaya akan kekuatan diri sendiri dan melepaskan ketergantungan kita pada
Belanda dengan jalan “berdiri dengan kaki sendiri” untuk meraih kemerdekaan
Seiring berjalannya
waktu PNI pun makin melebarkan sayap eksistensinya. Pergerakan perjuangannya
yang selalu revolusioner telah banyak menghimpun banyak kekuatan. Masa dari
anggotanya pun kian bertambah. Pada Bulan mei 1929 anggota PNI sampai pada
jumlah 3.860 orang. Kenaikan ini sebagai akibat dari propaganda yang dilakukan
dengansangat aktif sepanjang tahun.
Melihat
gerakan dan pengaruh PNI yang semakin meluas, pemerintah kolonial Belanda
dibawah Gubernur Jendral De
Graeff menjadi cemas, maka dilontarkanlah
bermacam-macam isu untuk menjelekkan PNI. Untuk membendung pergerakan-pergerakan nasional
ini, tampaknya pemerintah kolonial belanda mencoba memisahkan kaum nasionalis
moderat dengan kelompok-kelompok nasionalis ekstrim agar mereka tidak cepat
berkembang.Mereka juga menggunakan politik adu domba agar kedua kaum pergerakan
tersebut saling bersengketa dan terpecah. Bahkan kemudian mengancam PNI agar menghentikan
kegiatannya. Rupanya Belanda belum puas dengan tindakannya itu, maka PNI pun
dituduh akan melakukan pemberontakan. Pada 24 Desember 1929 pemerintah Belanda
melakukan penggeledahan dan penangkapan terhadap tokoh-tokoh PNI yaitu Ir. Soerkarno, Maskun, Gatot
Mangunprojo dan Supriadinata. Mereka kemudian diajukan ke pengadilan di
Bandung. Dalam sidang pengadilan, Ir. Soerkarno mengadakan pembelaan dalam
judul Indonesia Menggugat. Namun pada saat itu Sukarno tetap dinyatakan
bersalah dan diberi hukuman berupa penjara selama 4 tahun terhitung sejak tanggal
20 Desember 1930. Peristiwa
ini merupakan pukulan besar bagi PNI dan atas inisiatif Mr. Sartono pada
Kongres Luar Biasa ke-2 (25 April 1931) PNI dibubarkan.
Kemudian
Sartono mendirikan Partai Indonesia (Partindo).Tetapi tindakan ini membawa
perpecahan yang mendalam. Ketergantungan pada seorang pemimpin, dikritik habis
oleh mereka yang menentang perubahan PNI. Mereka menyebut dirinya “Gerakan
Merdeka”, kemudian membentuk partai baru, yaitu Pendidikan Nasional Indonesia
atau PNI Baru. Dari sini muncul tokoh baru yaitu Sutan Syahrir (20 tahun) yang
waktu itu masih menjadi mahasiswa di Amsterdam. Ia pulang ke Indonesia atas
permintaan Moh. Hatta untuk menjadi ketua partai. Walaupun cita-cita dan haluan
kedua partai itu sama, yaitu kemerdekaan dan nonkooperasi, tetapi strategi
perjuangannya berbeda. PNI Baru lebih menekankan pentingnya pendidikan kader.
Tokoh PNI |